Derita (Prolog)

Sore itu hari begitu gelap, tidak seperti biasanya, cahaya matahari kini menghilang, begitu berbeda hari kemarin yang masih memancarkan sinar orange ke merahan. Bukan juga karena akan datang hujan, karena pada hari itu memang tampak cerah.

Beralih ke depan sebuah rumah kecil yang ditempati oleh pasangan suami istri yang tidak lama ini baru saja pindah kerumah tersebut, sebut saja Uta sang Bapak 45 dan Ama sang Ibu 40 (nama samaran) beserta kedua anak kandung sebut saja Nugro 12 dan Ati 7 (nama samaran) dan keponakanya sebut saja Yal 19 (nama samaran). Satu keluarga ini merupakan keluarga yang taat beribadah, sangat tidak suka melihat aktivitas yang tidak berguna.

Beralih pada kegiatan kedua anaknya, anak kandung laki-laki yang bernama Nugro ini belum juga pulang kerumah padahal sudah terdengar pembacaan ayat suci al-qur'an di radio mesjid yang tidak jauh dari rumah, sedang anak perempuannya Ati masih asik bermain disamping rumah karena kebetulan tetangga sebelah juga mempunyai anak perempuan bernama Sani 9 (nama samaran).

Kembali kedalam rumah, ibu dari kedua anak ini merasa jengkel melihat tingkah laku kedua anaknya itu, dia membanding-bandingkan dengan sikap keponakannya si Yal yang tidak suka bergaul dengan sembarang orang yang hanya lebih suka tinggal dirumah memainkan laptop, chating sosial media dan semacamnya. Ibu Ama langsung memanggil anak perempuannya dan menariknya masuk kedalam rumah karena si Ati ini kepala batu.

Dilain lokasi bapak Uta sedang mencari si Nugro yang sikapnya lebih parah lagi dari Adiknya. Tak lama kemudian bapak Uta menemukan anaknya yang masih asik main Playstation padahal radio di mesjid sudah bershalawat tanda sebentar lagi akan shalat magrib, Bapak Uta ini tidak malu lagi terhadap semua orang, dia menarik anaknya ke motor dan membawanya pulang.

Kembali ke suasana dalam rumah, Bapak Uta juga sudah tiba dirumah membawa si Nugro, terlihat Ibu Ama memegang sebuah bambu kering tampaknya bambu itu sudah mengenai betis anak kecil ini adik si Nugro, Nugro kelihatan takut untuk masuk kedalam rumah karena melihat adiknya yang dipukuli, tetapi Bapak Uta menyeret Nugro masuk kedalam rumah sampai akhirnya si Nugro juga mendapat bagian. Kedua anak tersebut menangis tampa henti seraya Ibunya masih memukulinya dan berkata "ini yang kalian inginkan, sudah magrib belum kembali kerumah", lanjut lagi bapak Uta menegur si Nugro "kau keluar saja dari pesantren, bikin malu saja anak pesantren keliuran". Ibu Ama kembali menegur Nugro "kau itu bikin malu saja, suaraku sudah didengar diseluruh blok perumahan, pergi mandi terus kemesjid", kemudian menegur si Ati "masih mau keluar, anak perempuan sikapnya anak laki-laki, lihat itu kakakmu (yang dimaksud si Yal) tidak keluar kalau magrib". Terdengar di mesjid suara adzan, Nugro baru saja keluar dari kamar mandi, Bapak Uta menegurnya "cepat Nugro, mandi juga lama sekali, kau seperti saja perempuan yang mandi". Nugro pun menuju ke mesjid dan...

"Bersambung"

Kelanjutan ceritanya akan dipublikasikan dengan waktu yang tidak ditentukan.

Thanks for reading.

Comments

Popular posts from this blog

Tak sendiri, ada Aku dan Diriku

Merindukan Dunia

Arti Kehidupanku! Terima Kasih Orang Terdekatku Aku Selalu Menyayangimu